Para pemimpin gereja di kota San Antonio Amerika Serikat berkumpul di depan Balai Kota untuk menentang usulan peraturan non-diskriminasi yang dinilai akan dipakai oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mendompleng dan memakainya untuk kepentingan sendiri.
Peraturan non-diskriminasi yang ditentang ini sendiri bertujuan memperbaharui kependudukan di San Antonio untuk melindungi wrga berdasarkan identitas gender, orientasi seksual dan status veteran.
Namun para pemimpin gereja justru melihat bahwa jika perturan ini diberlakukan maka akan menghambat hak-hak sipil pemimpin gereja disana. Terutama perlindungan orientasi seksual, dimana ada kemungkinan kaum gay meminta bahwa gereja memperbolehkan menikahkan mereka.
“Kesepakatan utama hari ini adalah untuk memisahkan diri dari agenda para kelompok gay dan lesbian, karena mereka terus mencoba untuk menjadikan diri sebagai gerakan-gerakan hak-hak sipil. Tapi itu bukan gerakan sipil. Itu adalah gerakan pilihan,” ungkap Tyrone Lee Christian, seorang pastor pembantu di My Friends House Christian Fellowship.
Pemimpin gereja saat ini memang harus peka dan bisa membedakan mengenai perjuangan untuk kebenaran dan mana perjuangan untuk kepentingan kelompok sendiri. Telah banyak praktek dimana hak-hak kepentingan kelompok atas nama HAM dipaksakan kedalam peraturan gereja seperti pemberkatan pernikahan sesams jenis yang kini kian marak diberbagai belahan dunia.